BANNER

Kamis, 29 November 2012

Memahami Bahasa Tubuh Burung


PERKUTUT-INDONESIA

Memahami bahasa tubuh burung

Ada sebuah artikel menarik di birdnways.com yang perlu saya sharing di sini. Judulnya sama seperti judul posting ini, yaitu memahami bahasa tubuh burung. Artikel ini memang ditujukan kepada penggemar burung paruh bengkok (parrot), seperti lovebird, kakatua, nuri, cockatiel, dan beo, tetapi sebagian bisa juga berlaku untuk beberapa spesies burung lainnya.
Salah satu aspek terpenting dalam menciptakan dan memelihara hubungan baik dengan burung peliharaan adalah memahami vokalisasi atau kemampuan vokal burung, juga bahasa tubuh burung.
Burung belajar berkomunikasi dengan manusia melalui suara, perilaku, dan tindakan. Dengan menggunakan bahasa tubuhnya, burung memberitahu kita bahwa mereka bahagia, ketakutan, sakit, lapar, lelah, marah, atau ingin dimanja.
Kemampuan komunikasi merupakan unsur penting dalam setiap hubungan. Itu berarti pemilik burung pun harus belajar untuk menafsirkan makna dari suara dan perilaku mereka, agar kita mampu menjinakkan, melatih, dan memberikan perawatan terbaik.
Meski setiap burung berbeda karakter dan perilakunya, di sini penulis menemukan kesamaan umum dalam mengartikan tindakan dan perilaku burung secara mendasar. Ok, apabila burung menunjukan perilaku di bawah ini, pastikan bahwa ia sedang mencoba berkomunikasi dengan Anda atau merespon Anda selaku pemiliknya.

Mengedipkan atau melebarkan pupil mata

Burung yang terlihat mengedipkan matanya (pupil mata melebar) bisa menjadi tanda agresi, kegembiraan, atau sedang gelisah (stress). Coba perhatikan perilaku lain yang menyertai kedipan mata tersebut.
Dalam beberapa hal, burung menunjukan perilaku agresif tambahan seperti ekor yang berputar. Bisa jadi itu merupakan tingkah burung, yang kalau dalam bahasa manusia kira-kira “pergi kau!’ atau “mundur!”. Jika Anda tetap mendekatinya, mungkin yang terjadi adalah Anda akan digigit atau dipatuk olehnya. Sikap ini juga bisa ditunjukannya kepada sesama burung atau hewan lain yang ada di dekatnya.

Menyalak

Istilah menyalak di sini adalah kicauan yang sangat keras, melebihi kicauan sehari-hari. Burung biasanya akan menyalak untuk menunjukan kegembiraannya. Kalau burung menyalak di dekat teman-teman sesama burung, misalnya di kandang penangkaran, itu menunjukkan keceriannya mampu mendominasi penghuni lainnya di dalam kandang tersebut.
Cobalah Anda sering mengajak burung bermain-main. Biasanya ia akan mengeluarkan suara dengan intonasi lebih keras daripada biasanya. Itu pertanda burung senang, tetapi kalau tidak ada perubahan, berarti burung belum terlalu familiar dengan kita.

Menggeram

Tengara ini mirip dengan kedipan mata dan/atau melebarkan pupil matanya, yaitu menunjukkan sikap agresi. Jika Anda melihat burung bersuara seperti menggeram, terkadang disertai dengan melebarkan pupil mata dan menegakkan bulu di leher bagian atas (tengkuk), atau menegakkan jambulnya (ngejambul), biasanya burung sedang tidak ingin didekati. Dalam kasus ini, sebaiknya Anda segera mundur. Tunggu dulu sampai burung tenang, jangan melakukan kontak apapun.

Mendengkur

Suara burung mendengkur mirip dengan suara menggeram, tapi biasanya tidak disertai dengan melebarkan pupil mata. Burung biasanya dalam kondisi santai, pertanda ia sedang menunjukjan kepuasannya.

Suara “klik” pada lidahnya

Suara “klik” yang cepat dari lidah burung diyakini sebagai tengara bahwa burung ingin berkata: “aku aku tidak akan menyakiti Anda” atau “aku burung baik-baik”.  Intinya, ia ingin menegaskan dirinya dalam kondisi ramah. Perilaku ini sering terlihat pada kakatua dan cockatiel.

Suara “klik” dari paruhnya

Suara “klik” dari dalam paruhnya yang terdengar tajam merupakan pertanda burung merasa terancam, atau ingin melindungi benda tertentu, atau ingin menjaga wilayah tertentu. Sering juga disertai dengan gerakan meregangkan lehernya, atau terkadang mengencangkan kakinya. Di alam bebas, semua perilaku seperti itu merupakan sinyal burung sedang menjaga wilayah atau miliknya, atau sedang berusaha mengusir penyusup. Jika didekati, kemungkinan besar Anda akan diserang dengan gigitan yang sangat kencang.

Paruh yang beradu

Suara paruh yang beradu mirip dengan suara anak yang tidur dan giginya beradu. Hal ini terjadi karena burung menggesekan-gesekkan rahang bawah (mandibula) yang fleksibel ke rahang atas (maksila). Biasanya hal ini menandakan bahwa burung tersebut merasa aman dan sangat nyaman. Suara seperti ini kerap terdengar saat burung sedang terdiam di malam hari, atau mau bobo.

Menyeka paruh

Pernah melihat burung Anda menyeka paruhnya dengan cara menggesek-gesekkan paruh ke benda di sekitarnya, misalnya pada tenggeran, jeruji sangkar, dan cepuk pakan? Ada beberapa alasan mengapa burung melakukan hal itu, Jika aktivitas ini dilakukan di hadapan burung lain, biasanya itu untuk menunjukan bahwa burung lain tersebut mengganggu wilayah pribadinya.
Kalau dilakukan saat sendirian, ada dua kemungkinan yang terjadi. Pertama, burung sedang mencoba mengusir sesuatu yang menempel di paruhnya. Misalnya, ada sisa daging jangkrik yang menempel di atas paruhnya.
Kedua, agresi yang ditahan sehingga dilampiaskan dengan menyeka paruh pada benda atau objek lain. Hal ini didasari pada pengamatan burung amazon yang sudah mempunai hubungan batin dengan pemiliknya. Burung tersebut cemburu kepada istri pemiliknya, sehingga selalu menyerang / menggigit perempuan itu. Namun begitu dikurung dalam kandang, kemudian sang amazon melihat bosnya bermesraan dengan istrinya, maka kecemburuan itu dilampiaskannya dengan sering menyeka paruhnya untuk menunjukan perilaku agresif yang tertahan.

Menggigit

Tidak jauh berbeda dari manusia yang semasa bayi / balita sering diberi mainan yang bisa dikunyah-kunyah (misalnya kempong). Burung muda pun demikian, ia menyukai benda-benda yang kenyal seperti halnya mainan yang banyak dijual di toko satwa untuk digigitinya.
Hal ini karena paruh burung muda masih dipenuhi dengan saraf. Jika menggigit benda lunak / kenyal, mereka akan merasakan sensai dari tekstur, rasa, ketahanan benda, dan sebagainya. Dalam hal ini, burung muda melakukan hal tersebut sekadar untuk main-main, eksperimen, juga untuk melatih kekuatan paruhnya.
Sedangkan untuk burung dewasa /  tua, menggigit adalah salah satu upaya untuk menunjukan ketidaksenangannya. Ia menggigit karena beberapa alasan, misalnya merasa terancam, kaget, atau ketakutan. Bahkan burung juga bisa menggigit pasangannya jika merasa terancam atau diintimidasi.
Tetapi dalam kasus burung paruh bengkok, sebelum berpindah tangkringan ia sering menggigit tangkringannya untuk menguji seberapa tahan benda tersebut dinaiki. Hal itu juga berlaku pada jari-jari manusia yang akan meletakkan burung di atas tangannya. Sebelum mau bertengger di atas jari-jari atau punggung telapak tangan kita, terkadang burung senang menggigit jari tangan kita. Jadi, kita mesti bisa membedakan mana gigitan galak dan mana gigitan untuk bertengger.

Bersiul, menyanyi, atau berbicara

Kegiatan ini dilakukan ketika burung merasa aman dan nyaman dalam lingkungannya. Bahkan siulan dan nyanyian (burung kicauan dan parrot), atau ucapan (khusus parrot) bisa berkali-kali dimulai dari pagi hari hingga sore hari.

Bersin

Burung bersin untuk alasan yang sama dengan manusia saat bersin, yaitu terkena debu, iritasi
hidung, kemasukan serangga kecil, dan sebagainya. Tetapi jika bersin disertai keluarnya cairan dari lubang hidung (nostril), berarti sudah waktunya Anda membawa burung tersebut ke dokter hewan atau memberinya obat khusus.

Muntah

Jika dilakukan di hadapan atau di dekat manusia, biasanya burung telah memilih Anda sebagai pasangannya, atau setidaknya sahabat. Ia ingin memberi makan Anda. Tindakan ini juga kerap dilakukannya terhadapmainan favoritnya atau benda lain.
Burung yang sudah sejodoh pun akan menunjukan kasih sayang dengan cara memuntahkan makanannya (meloloh). Untuk burung kicauan, muntahan burung juga mengindikasikan bahwa burung dalam kondisi top form (siap dibawa lomba), tentu jika muntahanya kering dan berbentuk bulatan.

Menjulurkan leher

Burung yang terlihat menjulurkan lehernya menandakan ia sedang penasaran atau mencoba mengetahui apa yang terjadi di sekitarnya. Biasanya disertai dengan pelebaran dari mata dan tubuh yang terdiam kaku.

Kepala meliuk-liuk

Kepala yang meliuk-liuk dari sisi kanan ke sisi kiri, atau sebaliknya, merupakan gerakan fluida. Gerakan ini muncul untuk menunjukkan kegembiraan, atau caper (cari perhatian). Mungkin anis merah yang teler juga dalam kondisi seperti ini.

Beradu paruh dengan burung lain

Beradu paruh dengan burung lain sering dikaitkan dengan seksualitas, terutama pada kakatua dan amazon. Pengertian beradu paruh ini tidak sama dengan cumbuan sepasang indukan pada burung berkicau, atau menjelang berjodoh, karena dilakukan dengan gerakan yang cenderung lambat.
Sebagian ahli perburungan menganggap beradu paruh yang dilakukan dua ekor burung tidak selalu berhubungan dengan seksualitas. Ada kalanya itu sekadar bermain-main, atau sendau-gurau saja. Jarang sekali adu paruh berakhir dengan cedera, karena setelahnya sering diikuti dengan saling bersolek.

Menurunkan kepala

Burung yang sedang bertengger sambil menarik sayapnya, lalu menurunkan kepala sambil mengangguk-angguk dengan sedikit membungkuk ke depan, menggetarkan sayapnya seperti siap terbang, adalah ciri umum dari burung yang sedang mencari perhatian. Seringkali pula dia langsung terbang ke arah pemiliknya, jika sang pemilik terlihat acuh beibeh tidak menanggapi.

Paruh terbuka dan terengah-engah

Burung akan terengah-engah dengan paruh terbuka apabila mengalami panas berlebihan
(over-heated) dan merasa merasa nyaman. Biasanya dialami oleh burung yang dijemur terlalu
lama atau terkena terik sinar matahari.

Bersolek

Bersolek adalah aktivitas burung untuk menjaga bulu-bulunya agar selalu dalam kondisi prima. Biasanya burung akan menarik bulu dari ujung ke ujung untuk meluruskannya. Beberapa burung memiliki kelenjar minyak pada pangkal ekornya. Minyak inilah yang digunakan untuk merapikan bulu-bulu, ya Anda menggunakan minyak rambut. Dengan demikian, bulu terlihat berkilau dan anti-air.

Sayap terkulai

Burung yang sehabis mandi akan menurunkan sayapnya untuk dikeringkan,. Tetapi jika sayap terkulai tanpa ada aktivitas apapun, berarti burung merasa kepanasan, sehinga dia mencoba mendinginkan suhu tubuhnya dengan cara menurunkan sayapnya. Tetapi apabila bulu-bulunya meregang, dengan sayap terkulai, awas… itu menandakan burung sedang sakit.

Memutar sayap

Ini adalah tanda burung mengalami gangguan dan tidak merasa senang. Penyebab lainnya, mungkin ada salah satu bulu yang terbalik, sehingga ia mencoba meluruskan kembali dengan memutar sayapnya.

Sayap dan tubuh bergetar

Sayap bergetar menunjukkan rasa takut, gelisah, stres, atau tidak percaya diri. Burung yang
menunjukan perilaku ini harus dirawat dengan lembut. Jika burung paruh bengkok, yang rata-rata memiliki intregitas tinggi, maka ajaklah bicara dengan lembut. Ini menjadi obat mujarab untuk menumbuhkan kepercayaan burung terhadap pemiliknya. Pada kasus lain, biasanya sayap dan tubuh bergetar merupakan upaya burung untuk beradaptasi dengan perubahan suhu.

Mengepakkan sayap

Burung yang mengepakkan sayap, terkadang disertai dengan mengangkat tubuhnya tinggi-tinggi, merupakan salah satu exercise atau latihan olahraga untuk melatih otot sayapnya sebelum digunakan untuk terbang jauh.
Pada beberapa burung, ini bisa juga pertanda bahwa burung sedang memberi peringatan kepada warga burung lainnya, bahwa dialah penguasa yang sedang melindungi wilayahnya. Burung yang mengabaikan peringatan ini akan dikejar-kejar dengan paruh terbuka dan bakal digigit.

Tampilan perilaku

Beberapa burung sering terlihat mengacak-acak bulu di kepala, mengipasi ekor, merentangkan sayap, dan berjalan mondar-mandir. Hal ini sering dijumpai pada burung amazon, kakatua, serta burung paruh bengkok lainnya. Terkadang ada juga yang disertai dengan gerakan melebarkan pupil mata, anggukan kepala, dan teriakan keras sambil ngejambul (jika burung tersebut punya jambul).
Semua perilaku seperti di atas biasanya untuk menarik perhatian pasangannya, atau sebagai pertunjukan bahwa dialah penguasa wilayah teritorial. Kalau Anda melihat burung yang berlaku seperti ini, sebaiknya jangan mendekatinya dulu karena bisa menghasilkan gigitan yang sangat parah.

Cara berjalan

  • Jika burung berjalan menghampiri manusia atau burung lain sambil menundukkan kepala, ini menandakan perilaku agresif yang dirancang untuk menakuti burung lain untuk segera pergi.
  • Jika berjalan menghampiri manusia atau burung lain dengan kepala ke atas, ini menandakan ia senang dengan kehadiran mereka, dan bisa diartikan sebagai ajakan untuk bermain-main.

Ekor yang terombang-ambing

Ekor yang terlihat seperti terombang-ambing tidak selalu merupakan tanda terserang penyakit. Beberapa burung memiliki gerakan ekor seperti itu saat bicara atau bernyanyi. Tapi jika gerakan itu dilakukan saat bernafas, itu menjadi pertanda bahwa burung sedang sakit.

Mengibaskan ekor

Perilaku ini sering dimaknai sebagai indikator agresi, di mana burung sedang menunjukkan ketidaksenangannya. Seekor burung biasanya mengibaskan ekornya dengan cepat, karena sedang kesal dan marah.

Ekor bergoyang-goyang

Ini merupakan tanda kepuasan dan kebahagiaan seekor burung, terutama jika melihat pemilik yang disenanginya datang.

Meregangkan tubuhnya

Seperti manusia, burung pun butuh peregangan untuk meredakan ketegangan. Hal ini sangat penting, karena mereka menghabiskan begitu banyak waktu melalui kedua kakinya sebagai penyangga. Burung akan meregangkan satu kaki dan sayap yang berlawanan pada saat yang sama, untuk meningkatkan sirkulasi dan otot dan menyegarkan.
Begitulah ulasan yang panjang dan unik menganai bagaimana kita memahami bahasa tubuh burung. Siapa tahu ada di antara Anda yang ternyata burungnya menunjukkan perilaku demikian. Jadi, tinggal ambil kesimpulan saja apa yang terjadi atau diinginkan burung. Semoga bermanfaat.

Sabtu, 24 November 2012

Perkutut Indonesia - Cutring Perkutut

PERKUTUT CUTRING


Dalam komunitas penggemar perkutut ada istilah Cut ring, artinya perkutut yang memang sengaja tidak dipasangi cincin atau dilepas cincinnya. Perkutut Cut ring tersebut bisa hasil silangan lokal maupun produk silangan import. mengapa harus di Cut Ring ? Ada beberapa alasan dari peternak terkenal mengapa harus menjual burungnya harus dengan melepas cincin. Hal itu untuk menjaga kredibilitas dari peternak. Perlu diketahui bahwa peternak besar tiap bulan bisa menetaskan ratusan piyik. Piyik-piyik tersebut tidak semuanya baik, pasti ada yang jelek ( tersortir ). Sebelum melepas piyik atau bakalan ke pembeli biasanya peternak melakukan sortir. Dari ratusan ekor biasanya hanya 10 % yang tergolong bakal istimewa. Sortiran itu harus dilempar ke pasaran. Di situlah campur aduk, ada bakaln yang termasuk kategori bagus, sedang, dan jeblok. agar tidak diketahui nama peternakannya, biasanya peternak yang sudah terkenal sebelum menjual burung sortiran terlebih dahulu melepas cincin dari kaki perkutut. Lagi pula peternak merasa sayang kalau sortirannya dibuang percuma. Lebih baik dijual di pasaran, namun jelas tidak mungkin melempar sortiran lengkap dengan cincin karena bisa menjadi bumerang bagi peternakan tersebut.
Praktek pelepasan perkutut sortiran dipasaran ini bukan cuma dilakukan oleh peternak lokal saja, melainkan juga peternak-peternak top di Bangkok. Kemana perkutut-perkutut sortiran dilempar ? ternyata peternakan terkenal di Bangkok banyak melempar sortirannya ke Indonesia. Hal itu dikarenakan pasar perkutut paling besar adalah Indonesia. Walaupun perkutut Cut Ring merupakan burung sortiran, bukan berarti bahwa semua burung yang di sortir jelek sebab kemungkinan untuk ” meledak ” di konkurs masih ada, apalagi kalau sortiran tersebut dari peternakan terkenal. Seperti diketahui, penyortiran perkutut tersebut dilakukan oleh peternak setelah burung tersebut melewati masa ngurak ( brodol dulu ) yang pertama atau usia burung antara 4 – 5 bulan. Mengapa demikian ? Sebelum ngurak burung sulit diramalkan suaranya. Bisa saja pada saat piyik suaranya menandakan baik, tetapi setelah ngurak malah jeblok. Begitu juga sebaliknya. Tidak sedikit bakalan pada saat piyik suaranya kurang baik ternyata setelah melewati masa ngurak justru lebih baik. Oleh karena itu, selepas masa ngurak baru bisa diketahui apakah suara perkutut baik atau tidak.
Burung yang tidak baik inilah yang kemudian di Cut Ring. namun, bukan berarti yang Cut ring pasti jelek. Tidak jarang para penggemar yang paham pada perkutut justru lebih suka membeli perkutut Cut Ring dari peternakan terkenal. Dengan bekal pengetahuan dan keahlian merawat, penggemar tersebut bisa memilih bakalan yang nantinya bisa meledak di arena konkurs setelah dirawatnya.
Cut Ring sendiri bukan identik dengan burung berkualitas rendah karena banyak pula penggemar perkutut yang mempunyai burung juara justru dilepas ringnya untuk merahasiakan indukkannya maupun asal usul peternakannya. hal ini dilakukan dengan pertimbangan agar pemilik indukannya tidak tahu kalau hasil tangkarannya menjadi juara. Dengan demikian, pemilik burung juara tadi bisa tetap membeli saudara sedarah dari perkutut juara tersebut secara terus menerus dengan harga yang relatip murah. Maksud lain melepas ring pada burung juara adalah agar penggemar lain tidak berbondong-bondong menyerbu peternakan asal perkutut juara tadi untuk memesan saudara yang sedarah dari perkutut juara jadi, kalau sampai banyak penggemar yang mengetahui asal usul dari burung juara tadi, umumnya para penggemar perkutut dari berbagai daerah menyerbu ke peternakan asal burung juara sehingga terjadilah booking maupun inden yang berkepanjangan.
Bagi penangkar, jika hasil tangkarannya menjadi juara dan banyak pemesan yang datang bisa dipastikan akan menaikkan harga burungnya menjadi puluhan kali lipat dari harga sebelumnya. Dengan dasar itulah bisa disimpulkan bahwa belum tentu perkutut yang di Cut Ring adalah perkutut kelas rendah. Apalagi kalau perkutut tersebut di jual di peternakan atau show room bergengsi dengan harga ratusan ribu sampai jutaan rupiah, bisa dipastikan perkutut tersebut berkualitas baik.

Memilih Bakalan Perkutut

MEMILIH BAKALAN PERKUTUT  

 

Membeli perkutut memang tidak seperti membeli jenis burung lainnya. Dalam memilih perkutut, selain perlu ketelatenan juga butuh kejelian agar tidak kecewa di kemudian hari. Sebelum membeli perkutut ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan. Pertama, kalau bakalan tersebut untuk konkurs, jelas harus jantan. Kemudian, karena bakalan perkutut tersebut diidentikkan dengan piyik, sedangkan kriteria piyik dalam perkutut sendiri dikategorikan mulai burung baru menetas sampai berumur lima bulan, maka untuk membeli bakalan di masing-masing umur diperlukan pengetahuan dan perhatian sendiri-sendiri. Jadi, dalam membeli bakalan perkutut kita bisa membeli piyik mulai yang baru menetas (berumur beberapa hari) sampai burung mulai menampakkan suara aslinya ketika burung berumur lima bulan.

Para pembeli perkutut, baik untuk didengar suaranya maupun untuk lomba, pasti memilih perkutut jantan. Perkutut jantan mempunyai suara nyaring, tekanan bas pada suaranya besar, dan power-nya besar sehingga kalau berbunyi akan terdengar lantang dan stabil. Bagi penggemar perkutut yang masih baru dan awam tentang perkutut, agak sulit untuk membedakan antara perkutut jantan dan betina. Apalagi kalau membelinya masih dalam tahap bakalan.
Untuk membedakan perkutut jantan dan betina, bisa dilakukan dengan melihat supit (tulang di bawah dubur). Kalau supit tersebut rapat atau hampir bersentuhan, bisa dipastikan jantan. Sebaliknya kalau jarak tulang supit tersebut lebar (sekitar 1 cm atau seukuran jari tangan), berarti betina. Cara ini baru bisa digunakan setelah piyik menginjak umur empat bulan. Sebelum umur empat bulan supit pada piyik jantan relatif renggang sehingga penggemar perkutut yang awam akan kesulitan menentukan bakalan jantan dengan cara ini.
Setelah bakalan berumur empat bulan, apalagi kalau sudah di atas enam bulan, secara alami supit jantan akan menyempit sehinga mudah membedakannya dengan yang betina. Selain itu perkutut jantan yang sudah menjelang dewasa juga bisa diketahui dari bentuk bola mata, bentuk kepala, bentuk fisik dan suara. Bola mata perkutut jantan tampak lebih menonjol denga sorot mata yang tajam, sedangkan yang betina tampak sayu dengan sorot mata lemah. Kepala perkutut jantan berukuran lebih besar dan agak bulat, sedangkan yang betina lebih kecil dan agak lonjong. Ukuran fisik tubuh juga demikian, yang jantan biasanya lebih besar dibandingkan dengan yang betina. suara juga demikian, suara perkutut jantan lebih keras dibandingkan yang betina.
Walaupun kita telah mengetahui bahwa perkutut tersebut jantan, tetapi tidak ada salahnya kalau kita melihat lagi kesempurnaan supitnya. Supit perkutut dikatakan sempurna kalau panjangnya sama dan letaknya sejajar. Perlu diketahui bahwa tidak jarang ditemukan perkutut jantan yang mempunyai supit panjang sebelah (salah satu lebih pendek dan letaknya kurang sejajar). Perkutut dengan ciri demikian walaupun suaranya bagus umunya kurang disukai penggemar karena dianggap cacat dalam katuranggan, ada cacat dalam tubuhnya.
Bakalan perkutut yang baru berumur beberapa hari (masih di bawah umur satu bulan) sulit diketahui baik atau tidak. Oleh karena itu, penggemar perkutut jarang yang membeli perkutut pada umur ini. Membeli perkutut yang berumur di bawah satu bulan mempunyai resiko gambling cukup tinggi kecuali kalau sudah diketahui pasangan induk di kandang tersebut telah dikenal sering melahirkan juara. Tidak jarang anakan yang baru menetas langsung dibeli jika dari kandang tersebut sering lahir perkutut juara. Dengan demikian, pembeli lain yang menginginkan anakan dari kandang tersebut harus memesan terlebih dahulu. Dalam dunia perkutut juga ada istilah inden atau booking untuk mendapatkan piyik.
Penggemar perkutut banyak yang memesan anakan perkutut pada peternak yang telah punya nama karena ada jaminan kualitas. Bahkan, untuk menjamin nama baik bird farm-nya ada peternak yang bersedia menukar kalau burung yang kita beli ternyata kualitasnya jelek. Salah satu cara yang aman dalam membeli anakan perkutut yang baru lahir dan belum berbunyi adalah membeli dari peternakan yang sudah dikenal sering melahirkan perkutut juara. Kalau kita membeli piyik dari peternakan yang sering melahirkan juara, kita bisa mengetahui silsilah (garis keturunan) induknya. Kalau induknya bagus dan sering melahirkan anakan juara, bisa dipastikan anakan selanjutnya mempunyai kualitas yang tidak jauh berbeda dengan kakak-kakaknya. Namun untuk membeli burung yang demikian selain harganya cukup tinggi, kita harus antre.


Bila mau lebih yakin lagi kita bisa membeli bakalan yang berumur antara 1-1,5 bulan. Pada umur tersebut bunyi burung masih dalam bentuk suara angin. Bagi penggemar yang paham, dari suara tersebut sudah bisa diperkirakan suara dewasanya. Jika yang keluar bunyi pess-pess-pes, bisa dipastikan burung tersebut nantinya bersuara engkel atau jalan tiga. Kalau pess-pess-pess-pess, diperkirakan tumpang sari atau dobel. Kalau suara piyik tersebut terdengar pess-pess-pess…pess..pess, diperkirakan burung tersebut nantinya bersuara dobel, tumpang sari, atau engkel. Oleh karena itu perlu kejelian dalam mendengarkan panjang pendeknya suara angin sehingga dapat diketahui pess mana yang menjadi suara tengah dan yang mana suara belakang. Kalau masih ragu dengan kemampuan memilih, sebaiknya ditunggu sampai burung berumur 1,5-2 bulan. Pada umur ini suara angin yang dimiliki piyik akan berganti dengan suara perkutut yang lebih jelas walaupun masih belum menunjukkan suara asli perkutut dewasa.
Bakalan dewasa banyak dijual dipeternakan , show room, atau pasar burung. Di tempat ini diperdagangkan bakalan dewasa dengan berbagai macam harga, jenis dan kualitas. Untuk membeli bakalan dewasa, sebaiknya kita bertanya pada diri sendiri terlebih dahulu, apakah perkutut tersebut kita pelihara hanya didengar kungnya saja atau untuk diturunkan di arena konkurs perkutut. Kalau cuma mau dipelihara hanya untuk petetan saja kita bisa mampir diperdagang yang jual perkutut pada tingkat harga antara Rp. 25.000,00 – Rp. 50.000,00 per ekor. Perkutut yang murah tersebut umumnya ditempatkan secara bergerombol dalam kotak besar ( ranji ). Perkutut yang berada dikelas bawah tersebut kebanyakan hasil tangkapan dari alam, produk peternakan lokal, atau silangan burung lokal dengan burung sortiran Bangkok.
Membedakan antara burung tangkapan dari alam ( hasil jaringan ) dan hasil penangkaran cukup mudah. Hasil tangkapandari alam biasanya kakinya tidak bercincin, sedangkan hasil penangkaran umunya bercincin. Karena harganya murah, biasanya penjual tidak mau menjamin perkutut tersebut bersuara bagus. Perlu diketahui, sebelum dimasukkan ranji, pedagang telah menyeleksi burung-burung tersebut. Burung yang bersuaranya agak bagus biasanya langsung disangkarkan tersendiri, dan dijual dengan harga lebih tinggi. tidak jarang burung hasil seleksi tersebut kemudian dipasangi cincin untuk meyakinkan pada calon pembeli bahwa burung tersebut hasil penangkaran. Untuk itu, sebelum membeli burung perkutut sebaiknya kita mengetahui beda antara burung lokal dengan hasil silangan perkutut Bangkok. Bila suara kungnya mantap dan terasa ada tekanan yang tinggi, burung tersebut merupakan hasil silangan dengan perkutut Bangkok atau burung Import. kalau Kungnya datar atau ampang, jelas burung tersebut burung lokal.
Ciri burung lokal lain bila diperhatikan lebih teliti akan semakin tampak. Misalnya bulu mata agak kasar dan pada bola matanya terlihat seperti ada ring berwarna putih yang bisa membesar dan mengecil. Mata perkutut lokal agak besar sedangkan perkutut Bangkok tampak lebih sipit. perkutut lokal biasanya berbadan kurus sedangkan perkutut bangkok atau hasil silangan biasanya lebih gemuk. Khusus perkutut lokal asal Nusa Tenggara justru paling mudah dikenali. pelupuk matanya memiliki ring berwarna kuning, bulu tubuh tampak hijau agak gelap dan kakinya terlihat lebih hitam.
Hampir semua peternak Lokal maupun Import memberikan cincin pada kaki perkutut hasil tangkarannya. Hal itu untuk memberikan tanda asal peternakan mana, kelahiran keberapa, dan keturunan siapa burung tersebut. Dengan demikian, kalau sewaktu-waktu mau merunut induknya, bisa mengetahuinya dari cincin tersebut. Bagi peternak lokal, pemberian cincin tidak lepas dari himbauan P3SI ( Persatuan Penggemar Perkutut Seluruh Indonesia ) agar ternak lokal memberikan cincin pada perkutut hasil tangkarannya agar bisa diketahui bahwa perkutut tersebut hasil tangkaran, bukan hasil tangkapan dari alam. Untuk peternakan besar, biasanya silsilah sangat diperhatikan. Setiap anakan yang dijual biasanya disertai dengan Sertifikat.
Cincin tidak menjamin kalau burung tersebut hasil tangkaran peternak. Sekarang ini banyak pedagang atau bahkan peternak yang mencoba memalsu cincin burung hasil tangkarannya dengan cincin yang berkode peternakan terkenal yang sering melahirkan burung juara. Mengetahui begitu berartinya sebuah cincin yang melingkar dikaki perkutut, sampai-sampai muncul istilah cincin palsu atau jual beli cincin. Munculnya kasus pemalsuan cincin tersebut tidak lepas dari keinginan peternak atau pedagang yang ingin meniru kesuksesan peternak lain. Misalakan saja perkutut milik si A di arena konkurs selalu menyabet juara akan lumrah bila para penggemar perkutut akan berbondong-bondong ke peternakan A utnuk memesan saudara atau turunan perkutut yang juara tadi. Karena banyaknya pesanan, biasanya harga saudara atau turunan perkutut juara tadi akan melambung tinggi.
Tingginya harga perkutut tersebut tidak jarang digunakan aji mumpung oleh peternak itu. Misalnya ia membeli burung milik peternak lain yang kualitasnya lebih rendah dan harganya lebih miring, kemudian peternak tersebut memasang ring atas nama peternakannya agar burung tersebut tampak sebagai hasil tangkaran peternakannya. burung ini kemudian dijual dengan harga yang tinggi setaraf dengan keturunan perkutut juara tadi. penggemar perkutut sendiri sulit membedakan apakh burung tersebut asli anakan dari indukan yang melahirkan anakan juara atau anakan perkutut lain karena cincin yang terpasang tersebut asli dari peternakan bersangkutan. Oleh karena itu membeli anakan perkutut juara, dipeternakan besar perlu hati-hati dan perlu meminta jaminan keaslian dari peternaknya.


Untuk mengetahui apakah cincin yang melingkar dikaki perkutut asli atau tidak, tidak terlalu sulit. Kalau asli, cincin tersebut sulit dilepas karena agak ngepress dengan kaki. kalau burung sudah berusia 1 bulan, cincin asli susah dilepas. kalau dipaksa dilepas atau dipasang akan membuat burung yang bersangkutan cedera. Oleh karena itu, pemasangan cincin atau ring asli biasanya dilakukan sebelum piyik perkutut berumur 15 hari. Lebih dari itu sudah susah karena jari kaki piyik akan tumbuh membesar secara cepat. Mengingat cincin tersebut mudah dipesan, belakangan muncul cincin yang berukuran sedikit agak besar. Cincin semacam inilah biasanya digunakan untuk memalsu burung-burung kelas bawah agar tampak bagaikan burung kelas atas.
Ukuran cincin yang bisa dibongkar pasang pada kaki perkutut biasanya berdiameter agak besar, dikenal dengan ukuran 44. Cincin tersebut bisa dikeluar masukkan pada pergelangan kaki perkutut walaupun burung sudah dewasa. cincin asli diameternya lebih kecil, dikenal dengan ukuran 41.