MEMILIH BAKALAN PERKUTUT
Membeli perkutut memang tidak seperti membeli jenis burung lainnya. Dalam memilih perkutut, selain perlu ketelatenan juga butuh kejelian agar tidak kecewa di kemudian hari. Sebelum membeli perkutut ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan. Pertama, kalau bakalan tersebut untuk konkurs, jelas harus jantan. Kemudian, karena bakalan perkutut tersebut diidentikkan dengan piyik, sedangkan kriteria piyik dalam perkutut sendiri dikategorikan mulai burung baru menetas sampai berumur lima bulan, maka untuk membeli bakalan di masing-masing umur diperlukan pengetahuan dan perhatian sendiri-sendiri. Jadi, dalam membeli bakalan perkutut kita bisa membeli piyik mulai yang baru menetas (berumur beberapa hari) sampai burung mulai menampakkan suara aslinya ketika burung berumur lima bulan.
Para pembeli perkutut, baik untuk
didengar suaranya maupun untuk lomba, pasti memilih perkutut jantan.
Perkutut jantan mempunyai suara nyaring, tekanan bas pada suaranya
besar, dan power-nya besar sehingga kalau berbunyi akan terdengar
lantang dan stabil. Bagi penggemar perkutut yang masih baru dan awam
tentang perkutut, agak sulit untuk membedakan antara perkutut jantan dan
betina. Apalagi kalau membelinya masih dalam tahap bakalan.
Untuk membedakan perkutut jantan dan
betina, bisa dilakukan dengan melihat supit (tulang di bawah dubur).
Kalau supit tersebut rapat atau hampir bersentuhan, bisa dipastikan
jantan. Sebaliknya kalau jarak tulang supit tersebut lebar (sekitar 1 cm
atau seukuran jari tangan), berarti betina. Cara ini baru bisa
digunakan setelah piyik menginjak umur empat bulan. Sebelum umur empat
bulan supit pada piyik jantan relatif renggang sehingga penggemar
perkutut yang awam akan kesulitan menentukan bakalan jantan dengan cara
ini.
Setelah bakalan berumur empat bulan,
apalagi kalau sudah di atas enam bulan, secara alami supit jantan akan
menyempit sehinga mudah membedakannya dengan yang betina. Selain itu
perkutut jantan yang sudah menjelang dewasa juga bisa diketahui dari
bentuk bola mata, bentuk kepala, bentuk fisik dan suara. Bola mata
perkutut jantan tampak lebih menonjol denga sorot mata yang tajam,
sedangkan yang betina tampak sayu dengan sorot mata lemah. Kepala
perkutut jantan berukuran lebih besar dan agak bulat, sedangkan yang
betina lebih kecil dan agak lonjong. Ukuran fisik tubuh juga demikian,
yang jantan biasanya lebih besar dibandingkan dengan yang betina. suara
juga demikian, suara perkutut jantan lebih keras dibandingkan yang
betina.
Walaupun kita telah mengetahui bahwa
perkutut tersebut jantan, tetapi tidak ada salahnya kalau kita melihat
lagi kesempurnaan supitnya. Supit perkutut dikatakan sempurna kalau
panjangnya sama dan letaknya sejajar. Perlu diketahui bahwa tidak jarang
ditemukan perkutut jantan yang mempunyai supit panjang sebelah (salah
satu lebih pendek dan letaknya kurang sejajar). Perkutut dengan ciri
demikian walaupun suaranya bagus umunya kurang disukai penggemar karena
dianggap cacat dalam katuranggan, ada cacat dalam tubuhnya.
Bakalan perkutut yang baru berumur
beberapa hari (masih di bawah umur satu bulan) sulit diketahui baik atau
tidak. Oleh karena itu, penggemar perkutut jarang yang membeli perkutut
pada umur ini. Membeli perkutut yang berumur di bawah satu bulan
mempunyai resiko gambling cukup tinggi kecuali kalau sudah diketahui
pasangan induk di kandang tersebut telah dikenal sering melahirkan
juara. Tidak jarang anakan yang baru menetas langsung dibeli jika dari
kandang tersebut sering lahir perkutut juara. Dengan demikian, pembeli
lain yang menginginkan anakan dari kandang tersebut harus memesan
terlebih dahulu. Dalam dunia perkutut juga ada istilah inden atau
booking untuk mendapatkan piyik.
Penggemar perkutut banyak yang memesan
anakan perkutut pada peternak yang telah punya nama karena ada jaminan
kualitas. Bahkan, untuk menjamin nama baik bird farm-nya ada peternak
yang bersedia menukar kalau burung yang kita beli ternyata kualitasnya
jelek. Salah satu cara yang aman dalam membeli anakan perkutut yang baru
lahir dan belum berbunyi adalah membeli dari peternakan yang sudah
dikenal sering melahirkan perkutut juara. Kalau kita membeli piyik dari
peternakan yang sering melahirkan juara, kita bisa mengetahui silsilah
(garis keturunan) induknya. Kalau induknya bagus dan sering melahirkan
anakan juara, bisa dipastikan anakan selanjutnya mempunyai kualitas yang
tidak jauh berbeda dengan kakak-kakaknya. Namun untuk membeli burung
yang demikian selain harganya cukup tinggi, kita harus antre.
Bila mau lebih yakin lagi kita bisa
membeli bakalan yang berumur antara 1-1,5 bulan. Pada umur tersebut
bunyi burung masih dalam bentuk suara angin. Bagi penggemar yang paham,
dari suara tersebut sudah bisa diperkirakan suara dewasanya. Jika yang
keluar bunyi pess-pess-pes, bisa dipastikan burung tersebut nantinya
bersuara engkel atau jalan tiga. Kalau pess-pess-pess-pess, diperkirakan
tumpang sari atau dobel. Kalau suara piyik tersebut terdengar
pess-pess-pess…pess..pess, diperkirakan burung tersebut nantinya
bersuara dobel, tumpang sari, atau engkel. Oleh karena itu perlu
kejelian dalam mendengarkan panjang pendeknya suara angin sehingga dapat
diketahui pess mana yang menjadi suara tengah dan yang mana suara
belakang. Kalau masih ragu dengan kemampuan memilih, sebaiknya ditunggu
sampai burung berumur 1,5-2 bulan. Pada umur ini suara angin yang
dimiliki piyik akan berganti dengan suara perkutut yang lebih jelas
walaupun masih belum menunjukkan suara asli perkutut dewasa.
Bakalan dewasa banyak dijual dipeternakan
, show room, atau pasar burung. Di tempat ini diperdagangkan bakalan
dewasa dengan berbagai macam harga, jenis dan kualitas. Untuk membeli
bakalan dewasa, sebaiknya kita bertanya pada diri sendiri terlebih
dahulu, apakah perkutut tersebut kita pelihara hanya didengar kungnya
saja atau untuk diturunkan di arena konkurs perkutut. Kalau cuma mau
dipelihara hanya untuk petetan saja kita bisa mampir diperdagang yang
jual perkutut pada tingkat harga antara Rp. 25.000,00 – Rp. 50.000,00
per ekor. Perkutut yang murah tersebut umumnya ditempatkan secara
bergerombol dalam kotak besar ( ranji ). Perkutut yang berada dikelas
bawah tersebut kebanyakan hasil tangkapan dari alam, produk peternakan
lokal, atau silangan burung lokal dengan burung sortiran Bangkok.
Membedakan antara burung tangkapan dari
alam ( hasil jaringan ) dan hasil penangkaran cukup mudah. Hasil
tangkapandari alam biasanya kakinya tidak bercincin, sedangkan hasil
penangkaran umunya bercincin. Karena harganya murah, biasanya penjual
tidak mau menjamin perkutut tersebut bersuara bagus. Perlu diketahui,
sebelum dimasukkan ranji, pedagang telah menyeleksi burung-burung
tersebut. Burung yang bersuaranya agak bagus biasanya langsung
disangkarkan tersendiri, dan dijual dengan harga lebih tinggi. tidak
jarang burung hasil seleksi tersebut kemudian dipasangi cincin untuk
meyakinkan pada calon pembeli bahwa burung tersebut hasil penangkaran.
Untuk itu, sebelum membeli burung perkutut sebaiknya kita mengetahui
beda antara burung lokal dengan hasil silangan perkutut Bangkok. Bila
suara kungnya mantap dan terasa ada tekanan yang tinggi, burung tersebut
merupakan hasil silangan dengan perkutut Bangkok atau burung Import.
kalau Kungnya datar atau ampang, jelas burung tersebut burung lokal.
Ciri burung lokal lain bila diperhatikan
lebih teliti akan semakin tampak. Misalnya bulu mata agak kasar dan pada
bola matanya terlihat seperti ada ring berwarna putih yang bisa
membesar dan mengecil. Mata perkutut lokal agak besar sedangkan perkutut
Bangkok tampak lebih sipit. perkutut lokal biasanya berbadan kurus
sedangkan perkutut bangkok atau hasil silangan biasanya lebih gemuk.
Khusus perkutut lokal asal Nusa Tenggara justru paling mudah dikenali.
pelupuk matanya memiliki ring berwarna kuning, bulu tubuh tampak hijau
agak gelap dan kakinya terlihat lebih hitam.
Hampir semua peternak Lokal maupun Import
memberikan cincin pada kaki perkutut hasil tangkarannya. Hal itu untuk
memberikan tanda asal peternakan mana, kelahiran keberapa, dan keturunan
siapa burung tersebut. Dengan demikian, kalau sewaktu-waktu mau merunut
induknya, bisa mengetahuinya dari cincin tersebut. Bagi peternak lokal,
pemberian cincin tidak lepas dari himbauan P3SI ( Persatuan Penggemar
Perkutut Seluruh Indonesia ) agar ternak lokal memberikan cincin pada
perkutut hasil tangkarannya agar bisa diketahui bahwa perkutut tersebut
hasil tangkaran, bukan hasil tangkapan dari alam. Untuk peternakan
besar, biasanya silsilah sangat diperhatikan. Setiap anakan yang dijual
biasanya disertai dengan Sertifikat.
Cincin tidak menjamin kalau burung
tersebut hasil tangkaran peternak. Sekarang ini banyak pedagang atau
bahkan peternak yang mencoba memalsu cincin burung hasil tangkarannya
dengan cincin yang berkode peternakan terkenal yang sering melahirkan
burung juara. Mengetahui begitu berartinya sebuah cincin yang melingkar
dikaki perkutut, sampai-sampai muncul istilah cincin palsu atau jual
beli cincin. Munculnya kasus pemalsuan cincin tersebut tidak lepas dari
keinginan peternak atau pedagang yang ingin meniru kesuksesan peternak
lain. Misalakan saja perkutut milik si A di arena konkurs selalu
menyabet juara akan lumrah bila para penggemar perkutut akan
berbondong-bondong ke peternakan A utnuk memesan saudara atau turunan
perkutut yang juara tadi. Karena banyaknya pesanan, biasanya harga
saudara atau turunan perkutut juara tadi akan melambung tinggi.
Tingginya harga perkutut tersebut tidak
jarang digunakan aji mumpung oleh peternak itu. Misalnya ia membeli
burung milik peternak lain yang kualitasnya lebih rendah dan harganya
lebih miring, kemudian peternak tersebut memasang ring atas nama
peternakannya agar burung tersebut tampak sebagai hasil tangkaran
peternakannya. burung ini kemudian dijual dengan harga yang tinggi
setaraf dengan keturunan perkutut juara tadi. penggemar perkutut sendiri
sulit membedakan apakh burung tersebut asli anakan dari indukan yang
melahirkan anakan juara atau anakan perkutut lain karena cincin yang
terpasang tersebut asli dari peternakan bersangkutan. Oleh karena itu
membeli anakan perkutut juara, dipeternakan besar perlu hati-hati dan
perlu meminta jaminan keaslian dari peternaknya.
Untuk mengetahui apakah cincin yang
melingkar dikaki perkutut asli atau tidak, tidak terlalu sulit. Kalau
asli, cincin tersebut sulit dilepas karena agak ngepress dengan kaki.
kalau burung sudah berusia 1 bulan, cincin asli susah dilepas. kalau
dipaksa dilepas atau dipasang akan membuat burung yang bersangkutan
cedera. Oleh karena itu, pemasangan cincin atau ring asli biasanya
dilakukan sebelum piyik perkutut berumur 15 hari. Lebih dari itu sudah
susah karena jari kaki piyik akan tumbuh membesar secara cepat.
Mengingat cincin tersebut mudah dipesan, belakangan muncul cincin yang
berukuran sedikit agak besar. Cincin semacam inilah biasanya digunakan
untuk memalsu burung-burung kelas bawah agar tampak bagaikan burung
kelas atas.
Ukuran cincin yang bisa dibongkar pasang
pada kaki perkutut biasanya berdiameter agak besar, dikenal dengan
ukuran 44. Cincin tersebut bisa dikeluar masukkan pada pergelangan kaki
perkutut walaupun burung sudah dewasa. cincin asli diameternya lebih
kecil, dikenal dengan ukuran 41.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar